Jingga - Perjumpaan Budaya Tionghoa dengan Kekristenan
Senin, 7 Juli 2025 09:29 WIB
Jingga adalah sebuah novel yang membahas perjumpaan budaya Tionghoa dengan Kekristenan.
Judul: Jingga
Penulis: Agnes Jessica
Tahun terbit: 2009
Penerbit: Pustaka Hermon
Tebal: 448
ISBN: 979-3755-10-5
Novel ”Jingga” karya Agnes Jessica ini membahas perjumpaan budaya Tionghoa dengan kekristenan; membahas tentang nasib, bagaimana menjalani hidup dan tentang kasih. Baik budaya Tionghoa maupun kekristenan mempunyai pandangan tentang nasib, makna hidup dan kasih. Dalam tradisi Tionghoa, ramalan memegang peran sangat kuat untuk mengetahui nasib. Sedangkan dalam tradisi Kristen, nasib ditentukan oleh Tuhan. Nasib menentukan bagaimana kita harus hidup. Baik budaya Tionghoa maupun kekristenan menilai tinggi hidup yang bermanfaat bagi orang lain. Hidup yang dijalani dengan penuh kasih.
Tokoh utama novel ini adalah seorang perempuan Tionghoa bernama Tan Hsio Ping, alias Pink. Ia lahir sebagai anak keempat dan perempuan satu-satunya. Namun karena sebuah ramalan yang didapat oleh orangtuanya saat mereka di kelenteng, Pink harus tidak diakui sebagai anak. Ramalan tersebut mengatakan bahwa Pink akan membawa nasib buruk bagi keluarganya, hidupnya akan susah dan akan mati muda. Pink tak akan sampai usia 21 tahun.
Itulah sebabnya Pink diasuh oleh poponya (nenek). Padahal kehadiran Pink sebagai anak perempuan, seharusnya membawa kebahagian bagi keluarganya. Meski sang ibu sangat menyayangi Pink, namun karena percaya pada ramalan yang didapat dari kelenteng, sang ibu merelakan Pink diasuh oleh neneknya. Pink harus memanggil Ayi (tante) kepada ibu kandungnya dan Asuk (paman) kepada ayahnya. Berbeda dengan Mey Ling – sang ibu yang sangat mengasihi Pink, ayah dan ketiga kakaknya tidak menyukainya.
Pink baru kembali hidup bersama keluarganya ketika sang nenek meninggal. Meski sudah tinggal serumah, Pink tetap diperlakukan sebagai liyan oleh ayah dan ketiga kakaknya. Segala kemalangan yang dihadapi oleh keluarganya, selalu ditimpakan kepada Pink sebagai penyebab.
Saat SMA, Pink tanpa sengaja diramal oleh seorang peramal, saat ia mengantarkan temannya yang pergi ke seorang peramal. Pink diramal akan menikah dua kali, suami pertamanya akan mati lebih dulu dan perkawinannya yang kedua akan menghadapi banyak masalah. Keluarganya akan memusuhinya dan ia akan mati sebelum umur 21 tahun. Pink berupaya untuk tidak mempercayai ramalan tersebut. Namun ramalan tersebut selalu menghantuinya, karena satu-persatu ramalan-ramalan tersebut terbukti.
Ketika lulus SMA, Pink dipaksa menikah dengan seorang duda tua oleh ayahnya. Sang ayah yang bisnisnya bangkrut dan menanggung banyak hutang memaksa Pink untuk menikahi duda kaya tersebut. Ramalan tentang nasib buruknya terbukti. Meski ia masih ingin kuliah, tetapi ia harus menikah dengan pria tua yang tidak dicintainya. Pink terpaksa menikah dengan Sam yang umurnya sudah lebih dari 50 tahun. Padahal saat itu dia baru berusia 17 tahun. Pink rela berkorban demi kebahagiaan hidup keluarganya. Ternyata Sam adalah seorang pria yang baik. Pink hidup bahagia dengan Sam. Bahkan Pink mengandung anak pertama mereka.
Nasib buruk kembali menimpa Pink. Suatu ketika, Pink mendapati ketiga kakaknya sedang merampok Sam yang sedang sendirian di rumah. Sam dibunuh. Pink yang mengetahui pembunuhan tersebut lari ke arah pelabuhan karena dikejar ketiga kakaknya. Pink terjatuh ke laut dan tidak ditemukan. Padahal sebenarnya Pink selamat. Satu lagi ramalan yang diterima oleh Pink menjadi kenyataan.
Mengingat bahwa sudah tak ada harapan untuk kembali ke rumah, Pink memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Ia mulai menjalani hidupnya yang buruk. Sampai ia mulai mendapatkan penghasilan yang lumayan sebagai seorang tukang potong rambut. Namun nasib buruk lain mendatanginya. Pink dituduh membakar kost yang ditempatinya. Padahal kejadian yang sebenarnya adalah ia memberontak saat pemilik kost akan memperkosanya. Akibatnya lilin yang ada di kamar tersebut terjatuh dan membakar kasur. Pink dipenjara 6 tahun. Pink harus kehilangan bayinya, karena ia keguguran.
Semakin banyak nasib buruk yang telah disampaikan melalui ramalan benar-benar terjadi dalam hidup Pink.
Di penjara ia bertemu dengan Hesti, seorang perempuan yang mengajarinya bahwa nasib buruk bisa diubah jika kita mempunyai banyak uang. Maka carilah uang sebanyak-banyaknya supaya hidup kita bisa enak. Pink yang memang cerdas, membantu Hesti untuk bermain saham dari dalam penjara. Pink dan Hesti mendapatkan uang sangat banyak dari bermain saham tersebut. Hesti yang keluar penjara lebih dulu, meninggalkan laptop dan hp-nya kepada Pink supaya Pink tetap bisa melanjutkan usaha saham tersebut.
Perkenalan Pink dengan kekristenan terjadi saat ia masih SD. Saat itu nilai rapor Pink selalu jelek. Mey Ling mencarikan ia guru les. Dari guru les yang bernama Ana inilah Pink menyadari bahwa ia bukan anak bodoh. Namun karena ia menganggap dirinya sendiri bodoh, maka ia menjadi anak bodoh. Ana berhasil membuat Pink menjadi anak yang pintar dan nilai-nilai rapornya meningkat, khususnya pada pelajaran matematika yang dulu dibencinya. Ana inilah yang mengenalkan Pink dengan kekristenan. Sayang sekali, peran Ana sebagai guru les tidak dilanjutkan karena Mey Ling tidak suka Pink dikenalkan dengan kekristenan.
Di penjara inilah Pink berhasil menjadi narapidana berprestasi. Sebab ia berhasil mendirikan salon napi. Ia melatih para narapidana perempuan untuk mempunyai keterampilan salon kecantikan. Proyek ini dianggap berhasil dan mendapat penghargaan yang luar biasa.
Pink keluar penjara lebih cepat karena kasusnya dibuka ulang. Vonisnya dibatalkan karena ia terbukti tak bersalah.
Selepas dari penjara ia kembali bertemu Hesti. Ia dipakai oleh Hesti untuk merayu para konglomerat supaya mau mendanai bisnis yang akan dijalankan oleh Hesti. Di sebuah pertemuan para konglomerat inilah Pink bertemu kembali dengan Sergei. Pertama kali ia bertemu Sergei saat ia masih SMA. Dari Sergeilah ia belajar tentang manusia bisa mengubah nasibnya sendiri jika ia percaya bahwa nasibnya adalah nasib baik. Sergei yang mengatakan supaya Pink tidak mempercayai ramalan. Tetapi Pink harus mempercayai bahwa ia adalah seorang yang berhasil. Maka, jika keyakinan tersebut ditindak-lanjuti dengan kerja keras, maka nasibnya akan baik.
Pertemuan dengan Sergei ini membawanya kepada pernikahan. Keduanya saling cinta. Namun hubungannya dengan Hesti menjadi perusak hubungannya dengan Sergei. Hesti menghilang setelah mendapat modal 4 milliard dari Sergei. Hesti kembali menghubungi Pink saat kehabisan uang. Sergei yang mencurigai Pink sebagai anggota sindikat penipu orang kaya, mempertimbangkan untuk menceraikan Pink. Apalagi dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Sergei terbukti bahwa Pink dan Hesti bukanlah saudara. Pink yang mengatakan bahwa ia hidup sebatang kara, ternyata masih mempunyai keluarga di Probolinggo.
Novel ini berakhir bahagia karena Pink menyelamatkan Sergei dari sebuah kecelakaan kerja. Meski Pink sendiri harus mengalami luka karena tertimpa batu, namun semua kesalahpahaman tentang Hesti menjadi terbuka. Pink hamil dari Sergei.
Agnes Jessica memberi kejutan di akhir novel. Ternyata ramalan yang disampaikan oleh Koh A Fuk di kelenteng sebenarnya adalah ramalan hasil pesanan dari Tan Peng Lian, ayah Pink. Tan Peng Liang yang curiga bahwa istrinya hamil dari orang lain, meminta A Fuk untuk membuat ramalan palsu, sehingga anak yang lahir bisa dipisahkan dari keluarganya.
Nyatalah bahwa ramalan itu tidak akan menjadi kejadian yang sesungguhnya jika kita yakin bahwa hidup kita tidak mempercayainya. Hidup yang bermanfaat adalah jika hidup kita berguna bagi orang lain. Seperti hidup Pink yang telah berguna bagi keluarganya, bagi para narapidana dan bagi mereka yang membencinya. Kekristenan mengatakan bahwa hidup harus menghasilkan buah. 936

Penulis Indonesiana
2 Pengikut

Mooncake - Kisah Duka Seorang Penyandang Disleksia
Kamis, 4 September 2025 12:29 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler